Wakil Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi, Stella Christie, mengemukakan bahwa penelitian dan inovasi yang berasal dari perguruan tinggi memiliki potensi besar dalam memberikan kontribusi terhadap perekonomian nasional. Dalam konteks ini, ia menyoroti bagaimana lembaga pendidikan tinggi di luar negeri, khususnya di Amerika Serikat, telah berhasil menciptakan dampak ekonomi yang signifikan.
Stella bagiannya juga mengungkapkan fakta menarik tentang kontribusi Stanford University yang mencatatkan hasil hingga 18 persen terhadap perekonomian AS. Ini menunjukkan bagaimana satu lembaga pendidikan dapat menjadi pemicu pertumbuhan ekonomi yang signifikan di tingkat nasional.
Ia menjelaskan bahwa Stanford University telah menghasilkan nilai ekonomi tahunan sekitar US$2,7 triliun, yang setara dengan Rp43.823,7 triliun. Dengan lebih dari 5,4 juta lapangan kerja dan 40 ribu perusahaan, kontribusi tersebut menjadi nyata dan dapat dilihat dampaknya langsung pada masyarakat.
Pentingnya Riset dan Inovasi dalam Mendorong Ekonomi
Stella juga menyoroti bahwa lembaga pendidikan tidak hanya berfungsi sebagai tempat belajar, tetapi juga sebagai motor penggerak inovasi yang bisa mendorong pertumbuhan ekonomi. Dari data yang ada, jelas terlihat bahwa universitas mampu memacu pertumbuhan ekonomi yang nyata dalam masyarakat, dan angka-angka tersebut menunjukkan dampak signifikan yang dapat dihasilkan.
Selain Stanford, dia juga menyebutkan Massachusetts Institute of Technology (MIT), yang mencatatkan nilai ekonomi tahunan mencapai US$2 triliun. Dengan menciptakan 4,6 juta pekerjaan dan 30 ribu perusahaan, MIT menunjukkan posisi penting universitas dalam ekosistem ekonomi global.
Penting untuk dicatat bahwa dampak positif ini tidak hanya terbatas di AS. Di China, kluster inovasi dan teknologi menyumbang 13,4 persen dari produk domestik bruto (PDB), meskipun hanya menggunakan 2,5 persen dari lahan yang tersedia. Keberadaan universitas seperti Tsinghua University di Beijing ternyata memiliki pengaruh serupa.
Potensi Perguruan Tinggi di Indonesia untuk Membangun Ekonomi
Stella menggarisbawahi bahwa perguruan tinggi di Indonesia juga memiliki potensi serupa dan dapat berfungsi sebagai penggerak ekonomi nasional. Dalam upayanya untuk menggali potensi ini, ia telah mengunjungi 34 universitas di 17 provinsi dalam sepuluh bulan terakhir untuk melihat inovasi yang dihasilkan oleh lembaga-lembaga tersebut.
Dalam kunjungannya, ia tidak hanya memberikan kuliah umum, tetapi lebih kepada mendengarkan dan belajar dari apa yang telah dilakukan oleh universitas-universitas di seluruh Indonesia. Pendekatan ini membantunya memahami keberagaman inovasi dan penelitian yang telah dihasilkan.
Karya riset yang dikembangkan di berbagai daerah di Indonesia, menurut Stella, memiliki potensi besar untuk menjadi tulang punggung perekonomian nasional jika ekosistem pendukung dapat dibangun dengan baik. Hal ini akan membuka peluang baru untuk meningkatkan daya saing Indonesia di pasar global.
Pembangunan Ekosistem Riset yang Mendukung Inovasi
Stella menyatakan bahwa untuk mewujudkan potensi ini, perlu adanya kolaborasi antara perguruan tinggi, industri, dan pemerintah. Sinergi ini sangat krusial dalam membangun ekosistem yang dapat mendukung inovasi dan penelitian yang berdampak positif. Keterlibatan semua pihak akan mempercepat laju pertumbuhan ekonomi yang inklusif.
Lebih lanjut, penelitian lokal yang dikembangkan dalam konteks lokal dapat membantu menyelesaikan masalah yang dihadapi oleh masyarakat setempat. Inovasi yang berfokus pada kebutuhan lokal akan lebih relevan dan berdampak, meningkatkan kualitas hidup masyarakat di daerah tersebut.
Dalam konteks ini, Stella menekankan pentingnya menghasilkan riset yang tidak hanya bernilai akademik, tetapi juga dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Inilah yang dikatakan sebagai imbangan antara pengetahuan teoritis dan aplikasi praktis yang akan membantu masyarakat lebih luas.