Krisis utang yang melanda Country Garden, salah satu raksasa properti di China, telah memberikan dampak besar pada perekonomian negara tersebut. Selain mempengaruhi pasar keuangan, situasi ini juga membawa perubahan drastis dalam keberadaan dan kekayaan seorang taipan bernama Yang Huiyan.
Yang Huiyan, yang dikenal sebagai salah satu wanita terkaya di Asia, mengalami penurunan signifikan dalam jumlah kekayaannya. Sejak Juni 2021, dirinya kehilangan lebih dari US$ 28,6 miliar, menjadikannya sebagai taipan yang paling terpuruk dalam jajaran konglomerat di negara tersebut.
Dengan kekayaannya yang merosot tajam hingga 84%, posisi Yang saat ini hanya menyisakan sekitar US$ 4,7 miliar. Penurunan ini dipicu oleh krisis utang dan keputusan perusahaan untuk melewatkan pembayaran bunga atas dua obligasi berdenominasi dolar AS.
Sejarah dan Latar Belakang Country Garden di Pasar Properti
Country Garden didirikan pada tahun 1992 dan dengan cepat berkembang menjadi salah satu pengembang properti terbesar di China. Pada puncaknya, perusahaan ini mampu mencatat penjualan yang fantastis, mendominasi pasaran dengan berbagai proyek besar.
Yang Huiyan bergabung dengan perusahaan pada tahun 2007 dan mengambil alih kepemilikan setelah ayahnya. Dengan latar belakang pendidikan di Ohio State University, dirinya berupaya mengedepankan inovasi dan strategi untuk mengembangkan bisnis.
Namun, seiring bertambahnya waktu, risiko yang dihadapi oleh Country Garden semakin meningkat. Persaingan yang ketat dan kebijakan pemerintah terkait utang properti menjadi tantangan yang tidak bisa dihindari. Penurunan penjualan dan laba dari tahun ke tahun semakin memperburuk kondisi finansial perusahaan.
Penurunan Kekayaan dan Dampak Terhadap Investor
Sejak awal 2023, Country Garden mengalami kesulitan signifikan, yang menyebabkan sahamnya merosot hingga 20,4%. Hal ini mengakibatkan kejatuhan nilai pasar perusahaan yang sangat mencolok, dan investor mulai panik.
Menyusul berita tentang melewatkannya pembayaran bunga obligasi, banyak investor yang memilih untuk menjual saham mereka. Ketidakpastian ini ciptakan suasana market yang sangat volatile. Kondisi ini juga berdampak pada reputasi Yang Huiyan sebagai salah satu wanita terkaya dan berpengaruh di China.
Dengan berita kerugian perusahaan dan pengumuman restrukturisasi utang, banyak pihak meragukan kemampuan Country Garden untuk pulih dalam waktu dekat. Ini memunculkan spekulasi tentang masa depan bisnis dan kekayaan Yang.
Respon Terhadap Krisis dan Upaya Pemulihan
Country Garden tidak tinggal diam menghadapi tantangan ini. Perusahaan kini tengah mencari dukungan dari kreditur untuk proposal restrukturisasi utang yang mencapai US$ 14,1 miliar. Dengan langkah ini, diharapkan utang perusahaan dapat dipangkas hingga 78%.
Pada bulan Agustus 2025, Pengadilan Tinggi Hong Kong memutuskan untuk menunda sidang terkait petisi likuidasi, memberikan secercah harapan bagi perusahaan untuk memperbaiki posisinya. Keputusan ini memberi kesempatan bagi mereka untuk merumuskan strategi baru agar bisa keluar dari kesulitan keuangan.
Meski ada penurunan laba yang substansial, Country Garden terus berupaya untuk membangun kembali kepercayaan pasar terhadap mereka. Kesadaran akan pentingnya pembaruan strategi dan pendekatan inovatif menjadi kunci untuk mengatasi krisis.