Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara) baru saja mengumumkan suntikan modal sebesar US$1,84 miliar atau setara Rp30,5 triliun kepada salah satu perusahaan penerbangan terkemuka di Indonesia. Ini merupakan langkah strategis dalam upaya memperbaiki kesehatan keuangan perusahaan serta menjaga kelangsungan operasional di tengah tantangan yang dihadapi sektor penerbangan.
Penyuntikan modal ini dilakukan melalui mekanisme Penambahan Modal Tanpa Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (PMTHMETD), sehingga membuat investasi ini menjadi lebih efisien dan mendesak. Dengan adanya suntikan ini, diharapkan kondisi keuangan perusahaan dapat segera pulih dan berfungsi dengan baik di pasar yang kompetitif.
Manajemen perusahaan penerbangan menyatakan bahwa langkah ini diambil dengan mempertimbangkan urgensi untuk memperbaiki posisi keuangan secara keseluruhan. Kebutuhan pendanaan menjadi sangat mendesak agar perusahaan dapat terus beroperasi dan memberikan layanan terbaik kepada pelanggan.
Strategi Penyuntikan Modal untuk Memperkuat Fondasi Keuangan
Penyuntikan modal dari Danantara akan terbagi menjadi dua bagian utama. Pertama, terdapat setoran modal secara tunai sebesar US$1,44 miliar atau Rp23,9 triliun yang diharapkan dapat memperkuat likuiditas perusahaan. Kedua, ada konversi Surat Hutang Langsung (SHL) menjadi saham baru senilai US$405 juta atau setara Rp6,7 triliun.
Dalam dokumen keterbukaan, perusahaan juga menjelaskan bahwa penambahan modal ini sangat penting untuk memperbaiki kesehatan finansial mereka. Dengan modal baru, perusahaan akan lebih siap menghadapi berbagai tantangan dan meningkatkan daya saing di industri penerbangan.
Penggunaan dana tersebut juga sudah direncanakan secara rinci. Garuda Indonesia mengungkapkan bahwa dana ini akan digunakan untuk biaya operasional dan modal kerja, termasuk pembayaran untuk perawatan dan perbaikan pesawat yang sangat penting dalam menjaga keselamatan dan kenyamanan penumpang.
Rincian Penggunaan Modal dan Rencana Jangka Panjang
Rencana penggunaan dana mencakup beberapa aspek penting. Pertama, sekitar 29 persen dari total dana akan digunakan untuk pembiayaan modal kerja dan biaya perawatan pesawat. Ini merupakan langkah vital untuk memastikan armada tetap dalam kondisi prima.
Kemudian, 37 persen dari dana akan dialokasikan untuk meningkatkan modal Citilink, yang merupakan anak usaha Garuda Indonesia. Peningkatan modal Citilink akan digunakan untuk mendukung operasional serta pembayaran biaya perawatan pesawat.
Selanjutnya, sekitar 22 persen dari total dana akan digunakan untuk ekspansi armada baik di Garuda Indonesia maupun Citilink. Ini merupakan langkah strategis untuk meningkatkan kapasitas layanan dan mencapai pertumbuhan yang lebih baik di pasar penerbangan nasional dan internasional.
Langkah Selanjutnya: Persetujuan Rapat Umum Pemegang Saham
Namun, sebelum semua rencana ini dapat direalisasikan, penyetoran modal melalui PMTHMETD harus mendapatkan persetujuan dalam rapat umum pemegang saham (RUPS). RUPS khusus pun sudah dijadwalkan untuk membahas semua persoalan ini, yakni pada 12 November 2025.
Pentingnya mendapat dukungan dari pemegang saham diharapkan bisa menguatkan legitimasi keputusan yang diambil. Manajemen Garuda menekankan bahwa kehadiran pemegang saham dalam RUPS merupakan syarat mutlak untuk mencapai kuorum yang dibutuhkan sesuai dengan Anggaran Dasar Perseroan.
Dengan adanya langkah-langkah strategis ini, diharapkan perusahaan dapat mengalami perbaikan yang signifikan dalam kinerja keuangannya, serta mempertahankan posisinya sebagai salah satu pemimpin industri penerbangan di Indonesia. Sinergi antara badan pengelola investasi dan perusahaan penerbangan ini diharapkan bisa membuka jalan bagi peluang yang lebih bagus di masa depan.