PT Pertamina Patra Niaga (PPN) mengumumkan bahwa penjualan bahan bakar minyak (BBM) hingga akhir Juli 2025 telah mencapai angka 59 juta kiloliter. Angka tersebut menunjukkan bahwa mayoritas penjualan bersumber dari produk nonsubsidi, yang menjadi fokus utama perusahaan dalam strategi pemasaran mereka.
Informasi ini disampaikan oleh Direktur Utama PPN, Mars Ega Legowo, pada rapat kerja dengan Komisi VI DPR RI. Dia menjelaskan bahwa kontribusi dari penjualan produk non-subsidi mencapai 41 persen dari total volume penjualan.
Menurut Mars Ega, pertumbuhan penjualan ini adalah hasil dari upaya konsisten perusahaan dalam menawarkan produk BBM berkualitas kepada konsumen. Upaya tersebut juga ditunjang oleh sistem digitalisasi untuk memantau dan mengawasi transaksi produk-produk yang disubsidi.
Strategi Pertamina Terhadap Penjualan BBM dan Digitalisasi
Pertamina terus berupaya meningkatkan penjualan produk BBM melalui berbagai strategi inovatif. Salah satu program utama adalah penggunaan platform My Pertamina untuk pendataan seluruh transaksi yang berkaitan dengan produk subsidi, baik BBM maupun LPG. Inisiatif ini dianggap krusial dalam mendorong transparansi dan akuntabilitas dalam proses distribusi.
Lebih lanjut, Mars Ega menegaskan bahwa penjualan LPG ukuran 3 kg telah sepenuhnya tercatat menggunakan nomor NIK. Ini adalah langkah signifikan untuk memastikan bahwa subsidi tepat sasaran dan benar-benar menjangkau konsumen yang membutuhkan.
Selain LPG, program ini juga mencakup penyaluran solar dan biosolar, yang kini sudah 100 persen menggunakan sistem QR Code. Hal ini bertujuan untuk memudahkan dan mempercepat proses administrasi serta meminimalisir penyimpangan dalam penyaluran subsidi.
Peningkatan Sistem Penyaluran LPG dan Implementasi QR Code
Dengan berbagai langkah yang telah diambil, Pertamina menunjukkan komitmennya dalam merevolusi sistem penyaluran bahan bakar. Penggunaan QR Code diharapkan dapat memperkuat kontrol dan pengawasan atas distribusi produk. Selain itu, diharapkan implementasi ini memberikan dampak positif untuk produk non-subsidi.
Mars Ega menambahkan bahwa, meskipun saat ini belum ada regulasi yang mengatur pengadaan, sistem yang ada sudah dibangun di lebih dari 269 ribu titik penyaluran. Ini menunjukkan kesiapan Pertamina dalam mantap melayani konsumen dengan cara yang lebih efektif dan efisien.
Melalui langkah-langkah ini, diharapkan masyarakat semakin merasakan dampak positif dari program subsidi yang tepat sasaran, serta peningkatan kualitas pelayanan dari Pertamina. Tujuannya adalah agar masyarakat dapat mengakses bahan bakar dengan lebih mudah dan terjangkau.
Inovasi Produk dan Penyempurnaan Layanan untuk Konsumen
Pertamina tidak hanya berfokus pada penjualan ulang produk subsidi, tetapi juga mengembangkan produk-produk non-subsidi berkualitas. Hal ini diharapkan dapat menarik lebih banyak konsumen, terutama di tengah dinamika pasar yang terus berubah. Inovasi terus dijadikan prioritas untuk menanggapi kebutuhan masyarakat yang semakin beragam.
Dalam konteks ini, Pertamina berjanji untuk terus berupaya meningkatkan pelayanan yang lebih baik. Dengan penggunaan teknologi canggih, mereka berharap dapat memberikan pengalaman yang lebih baik kepada konsumen dalam hal akses dan pemanfaatan produk BBM.
Dengan semua langkah strategis ini, Pertamina percaya bahwa mereka dapat menciptakan sistem distribusi bahan bakar yang lebih transparan dan akuntabel. Ke depan, diharapkan pertumbuhan penjualan BBM non-subsidi terus berlanjut dan memberikan kontribusi signifikan terhadap perekonomian nasional.