Harga minyak dunia kembali mengalami penurunan pada hari Selasa, mencerminkan meningkatnya kekhawatiran pasar tentang berlebihnya pasokan serta permintaan yang melemah. Hal ini terutama disebabkan oleh ketegangan yang semakin meningkat antara dua ekonomi besar dunia, yaitu Amerika Serikat dan China.
Pada pukul 09.50 WIB, harga minyak mentah Brent tercatat di kisaran US$60,83 per barel, sedangkan minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) berada di level US$57,22 per barel. Pergerakan harga ini menunjukkan penurunan sedikit dibandingkan sehari sebelumnya, di mana Brent diperdagangkan pada US$61,01 dan WTI pada US$57,52 per barel.
Dalam seminggu terakhir, harga Brent telah melemah sebesar 2,3%, menunjukkan tren penurunan yang berlanjut sejak awal Oktober. Ini terutama dipicu oleh meningkatnya tekanan dari sisi suplai global yang kian besar, sehingga menimbulkan keraguan di kalangan investor.
Ketegangan Diplomatik Antara Amerika Serikat dan China
Kekhawatiran pasar ini juga sebagian besar berakar dari memanasnya hubungan diplomatik antara Washington dan Beijing. Presiden Amerika Serikat baru-baru ini menyatakan harapan agar tercapai “kesepakatan dagang yang adil” dengan China, namun banyak isu masih menjadi batu sandungan.
Pertemuan antara dua pemimpin, Presiden AS dan Presiden China, dijadwalkan berlangsung di Korea Selatan dalam waktu dekat. Meskipun demikian, permasalahan seperti tarif, akses pasar, dan teknologi tetap menjadi halangan yang sulit diatasi.
Dari sisi fundamental, ada juga ekspektasi peningkatan stok minyak mentah di Amerika Serikat. Survei awal menunjukkan bahwa persediaan minyak mungkin mengalami peningkatan yang signifikan, menjelang rilis laporan resmi yang akan datang.
Kondisi Pasokan Minyak Global yang Kompleks
Satu isu lain yang menambah kompleksitas dari kondisi pasar adalah gangguan pasokan dari Rusia. Beberapa fasilitas kilang terdapat di wilayah Volga dilaporkan menghentikan operasinya setelah serangan drone.
Serangan lain juga telah memengaruhi fasilitas gas di Orenburg, memaksa Kazakhstan mengurangi produksinya secara signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa isu pasokan bisa menjadi sangat krusial bagi pasar global, terutama dalam situasi yang tidak menentu.
Peringatan yang diberikan oleh Presiden AS mengenai India, yang menjadi pembeli utama minyak diskon dari Rusia, juga menambah ketidakpastian di pasar. Jika India tidak menghentikan impor dari Rusia, ini bisa berdampak pada tarif yang signifikan.
Proyeksi Masa Depan Pasar Minyak
Lembaga International Energy Agency (IEA) dalam laporan terbarunya memperkirakan bahwa pasar minyak dunia kemungkinan akan mengalami surplus yang signifikan dalam waktu dekat. Surplus tersebut bisa mencapai hampir 4 juta barel per hari pada tahun 2026.
Peningkatan produksi dari negara-negara anggota OPEC+ dan produsen non-OPEC turut berkontribusi terhadap proyeksi ini. Hal ini menunjukkan bahwa tantangan untuk memenuhi permintaan minyak di masa depan semakin kompleks, terutama mengingat proyeksi yang melemah untuk pertumbuhan permintaan.
Siklus yang ada saat ini menandai pentingnya pemantauan terus-menerus terhadap faktor-faktor yang memengaruhi harga minyak. Ketidakpastian geopolitik dan perkembangan teknologi akan memainkan peran penting dalam menentukan arah pasar global di masa mendatang.