Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) di Indonesia menunjukkan komitmennya untuk meningkatkan tata kelola zakat dengan menerapkan gaya kepemimpinan yang adaptif. Dalam konteks ini, kepemimpinan yang fleksibel akan membantu menjawab berbagai tantangan yang dihadapi dalam pengelolaan zakat di era modern.
Dalam forum Management Upgrade yang diadakan oleh Pusdiklat Baznas, pentingnya kepemimpinan adaptif semakin ditekankan. Para amil dari beragam divisi dan jenjang jabatan turut berpartisipasi dalam diskusi yang disiarkan melalui kanal YouTube mereka.
Kepemimpinan yang adaptif dibahas oleh Nadratuzzaman Hosen, Pimpinan Baznas di Bidang Transformasi Digital Nasional. Dalam penjelasannya, ia menguraikan enam model kepemimpinan yang relevan untuk lembaga filantropi seperti Baznas.
Empat Dimensi Kepemimpinan untuk Pengelolaan Zakat yang Efektif
Nadratuzzaman menjelaskan bahwa setiap model kepemimpinan memiliki keunggulan tersendiri. Pengelolaan zakat sangat bergantung pada kemampuan pemimpin untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan dan tantangan yang muncul.
Model pertama adalah kepemimpinan transformasional. Model ini berfokus pada pengembangan inovasi, terutama dalam digitalisasi proses zakat, yang bertujuan meningkatkan motivasi dan kinerja amil di lapangan.
Kedua, ada model kepemimpinan delegatif. Dalam konteks ini, setiap anggota tim diberi kebebasan untuk berkontribusi sesuai dengan kemampuan mereka masing-masing. Meskipun demikian, pemimpin harus tetap menjaga keseimbangan agar tidak terjebak dalam delegasi yang berlebihan.
Menyesuaikan Gaya Kepemimpinan dengan Kebutuhan
Model ketiga adalah kepemimpinan transaksional. Di dalamnya terkandung aspek penghargaan dan sanksi yang diberikan berdasarkan kinerja. Pendekatan ini penting untuk memastikan bahwa baik pengumpulan maupun penyaluran zakat berjalan sesuai target.
Selanjutnya, kepemimpinan demokratis menawarkan metode yang lebih inklusif. Dengan membuka ruang untuk diskusi, pemimpin dapat melibatkan semua pemangku kepentingan dalam merumuskan kebijakan strategis.
Kepemimpinan otokratis juga tidak kalah penting. Dalam situasi darurat, seperti saat penyaluran bantuan bencana, keputusan yang cepat dan tegas menjadi sangat diperlukan untuk memastikan bantuan dapat sampai kepada yang membutuhkan dengan cepat.
Kepemimpinan Karismatik dan Komunikasi Efektif
Model terakhir yang dibahas adalah kepemimpinan karismatik. Di sini, integritas dan keteladanan pemimpin menjadi kunci dalam membangun kepercayaan. Pemimpin yang memiliki visibilitas yang baik dapat mempengaruhi masyarakat agar lebih peduli terhadap program-program Baznas.
Kunci utama dari semua model ini adalah konteks dan waktu di mana mereka diterapkan. Pemimpin harus peka terhadap situasi yang dihadapi, terkadang memerlukan pendekatan yang lebih inspiratif, dan di lain waktu memerlukan tindakan yang lebih tegas.
Pentingnya komunikasi juga ditekankan oleh Nadratuzzaman. Seorang pemimpin harus dapat menavigasi antara tim internal dan pemangku kepentingan eksternal untuk mencapai tujuan bersama.