Dalam beberapa tahun terakhir, fenomena olahraga padel mengalami lonjakan popularitas yang luar biasa di kalangan masyarakat. Terutama di Swedia, di mana lapangan padel berkembang pesat sejak tahun 2016 hingga 2020, memberikan harapan baru bagi para penggemar olahraga. Namun, euforia yang terjadi kini menghadapi tantangan serius dan prospek yang kelam bagi masa depan padel.
Selama pandemi Covid-19, banyak orang mencari alternatif olahraga yang aman dan sosial, dan padel menjawab tantangan tersebut. Dengan berbagai keunggulan seperti kemudahan akses dan keseruan dalam bermain, popularitas padel pun meningkat tajam.
Kenaikan permintaan ini berimbas pada jumlah lapangan yang melesat hingga lebih dari 1.000%. Namun, pertumbuhan yang pesat ini tidak tampak sehat, dan terdapat tanda-tanda bahwa industri ini sedang memasuki masa-masa sulit.
Pertumbuhan Pesat dan Akibatnya dalam Dunia Padel
Menurut laporan dari berbagai sumber, fenomena pertumbuhan ini mirip dengan “bubble” di pasar keuangan. Setelah pandemi mereda dan aktivitas masyarakat mulai normal, banyak fasilitas padel menghadapi kenyataan pahit karena kelebihan lapangan.
Data dari stasiun televisi publik setempat menunjukkan lebih dari 100 fasilitas padel terpaksa tutup antara tahun 2022 hingga 2024. Penutupan ini bukan karena minat masyarakat menurun, tetapi karena jumlah lapangan melebihi kebutuhan.
Kondisi ini berimbas luas ke industri pendukung, di mana banyak perusahaan ritel peralatan padel yang sebelumnya menikmati lonjakan penjualan kini menghadapi kelebihan stok. Situasi ini sangat kontras dengan kondisi saat padel mulai booming.
Evolusi Pasar Padel: Dari Hype ke Realitas
Salah satu pelaku industri menyatakan bahwa pada masa puncak permintaan, semua produk cepat habis terjual, namun kenyataannya tidak berlanjut. Produksi yang berlebihan ini berdampak pada harga, yang anjlok dan membuat margin keuntungan semakin tipis.
Fase koreksi ini menunjukkan bahwa industri padel di Swedia kini terjebak dalam siklus ketat. Sementara itu, umum terjadi bagi banyak klub padel yang tidak dapat bersaing untuk akhirnya gulung tikar.
Meski padel masih menjadi olahraga yang diminati, banyak analis berpendapat bahwa daya tarik bisnis padel di Swedia tidak lagi secemerlang sebelumnya. Dari yang dianggap sebagai “tambang emas baru,” kini padel lebih dilihat sebagai hobi rekreasi.
Pandangan Global: Pelajaran dari Pengalaman Swedia
Pembelajaran dari kisah Swedia menjadi sangat berarti bagi negara-negara lain yang kini masih dalam masa ledakan padel. Negara-negara seperti Italia, Prancis, dan Inggris, serta Indonesia, harus waspada terhadap ekspansi yang sembarangan dan tidak terencana.
Jika tidak dikelola dengan baik, pertumbuhan yang cepat ini berpotensi berakhir pada keruntuhan industri yang serupa dengan apa yang terjadi di Swedia. Para investor dan pemangku kepentingan harus menyadari risiko dan memupuk pertumbuhan yang berkelanjutan.
“Padel masih akan eksis di Swedia, namun tidak lagi sebagai ladang emas,” ungkap analisis yang muncul. Hanya pasar yang lebih kecil, stabil, dan jauh dari daya tarik bagi investor yang tersisa.