Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Republik Indonesia, Amalia Adininggar Widyasanti, menunjukkan pentingnya kontribusi sektor ekonomi kreatif terhadap penyerapan tenaga kerja di tanah air. Hal ini terungkap dalam acara penyerahan video kreatif untuk Sensus Ekonomi 2026 (SE2026) yang dihadiri oleh Menteri Ekonomi Kreatif, Teuku Riefky Harsya, pada pertengahan November lalu.
Amalia menjelaskan bahwa diprediksi pada tahun 2025, sektor ekonomi kreatif akan menyerap 18,70 persen dari total tenaga kerja nasional, mencapai 27,40 juta jiwa. Jumlah ini meningkat signifikan dibanding tahun sebelumnya, yang mencatatkan 26,48 juta jiwa atau 18,30 persen.
Provinsi dengan penyerapan tenaga kerja tertinggi dalam ekonomi kreatif adalah Jawa Barat, yang jumlahnya mencapai 6,24 juta jiwa. Data tersebut menunjukkan potensi besar ekonomi kreatif dalam menciptakan lapangan kerja.
Pentingnya Sensus Ekonomi 2026 dalam Menggali Data Ekonomi Kreatif
Amalia juga menekankan bahwa Sensus Ekonomi 2026 merupakan momen penting untuk mendapatkan gambaran lebih rinci mengenai sektor ekonomi kreatif di Indonesia. Ia berharap, SE2026 dapat memberikan data lengkap tentang pelaku usaha kreatif di berbagai bidang, seperti kuliner, fashion, dan konten digital.
Data yang akurat adalah kunci dalam merumuskan kebijakan oleh pemerintah. Hal ini juga akan menjadi dasar perhitungan Produk Domestik Bruto (PDB) sektor ekonomi kreatif di masa mendatang.
Tentunya, data lengkap akan mendukung pelaku industri dalam strategi dan pengembangan usaha mereka. Ini adalah langkah penting bagi pemerintah untuk memahami dinamika sektor kreatif yang terus berkembang.
Peran Provinsi dalam Penyerapan Tenaga Kerja Ekonomi Kreatif
Provinsi Jawa Barat, diikuti oleh Jawa Tengah dan Jawa Timur, mendominasi dalam penyerapan tenaga kerja sektor kreatif. Ketiga provinsi tersebut menyumbang 57,81 persen dari total tenaga kerja dalam ekonomi kreatif di seluruh Indonesia.
Melihat perkembangan ini, pemerintah setempat diharapkan dapat fokus menciptakan lingkungan yang mendukung pertumbuhan sektor kreatif. Fasilitas yang memadai dan pelatihan untuk para pelaku usaha bisa meningkatkan kapasitas mereka.
Dengan adanya dukungan dari pemerintah, sektor ekonomi kreatif diharapkan mampu bersaing tidak hanya di tingkat lokal, tetapi juga di tingkat internasional. Kreativitas masyarakat Indonesia patut mendapatkan perhatian serius agar dapat berkembang lebih baik.
Upaya Koordinasi dan Kolaborasi Antarlembaga dalam SE2026
Sebagai bagian dari upaya mempersiapkan Sensus Ekonomi 2026, penting untuk mengedukasi masyarakat dan pelaku ekonomi kreatif. Dalam rapat koordinasi yang diadakan, Kemenekraf dan BPS bersama-sama memastikan efektivitas sosialisasi yang dilakukan.
Penggunaan materi publik seperti Public Service Announcement (PSA) yang disampaikan oleh Teuku Riefky Harsya kepada Amalia menjadi langkah inovatif untuk menarik perhatian masyarakat. Materi ini tidak hanya informatif tetapi juga menarik, yang melibatkan talenta muda Indonesia dalam proses pembuatannya.
Keterlibatan animator muda dalam produksi PSA menjadi bukti nyata kolaborasi antar lembaga. Dengan cara ini, diharapkan lebih banyak orang yang terlibat dan memahami pentingnya Sensus Ekonomi 2026.
Manfaat Data Lengkap untuk Pengembangan Kebijakan di Bidang Ekonomi Kreatif
Data yang dihasilkan dari Sensus Ekonomi 2026 akan menjadi acuan bagi pemerintah dalam merumuskan berbagai kebijakan terkait ekonomi kreatif. Hal ini penting untuk meningkatkan daya saing pelaku usaha di pasar domestik dan global.
Dengan pemahaman yang lebih baik tentang struktur dan dinamika sektor kreatif, kebijakan yang lebih tepat sasaran dapat diterapkan. Ini diharapkan bisa mengurangi kesenjangan dalam pemberdayaan ekonomi kreatif antar daerah.
Ke depannya, keberadaan data yang valid dan akurat akan memperkuat komitmen pemerintah. Ini menjadi tonggak penting dalam mempercepat pertumbuhan ekonomi kreatif Indonesia.















