Menteri Ketenagakerjaan Yassierli menekankan pentingnya kolaborasi antara pemerintah, serikat pekerja, dan dunia usaha untuk menghadapi tantangan ketenagakerjaan di Indonesia. Dalam sebuah rapat kerja nasional, ia menyoroti bahwa kerjasama yang solid dapat menjadi fondasi dalam menyelesaikan berbagai isu yang ada.
Dalam pertemuan tersebut, Yassierli menyampaikan tiga fokus utama yang perlu diperhatikan. Pertama adalah pembaruan regulasi ketenagakerjaan, yang bertujuan untuk menyesuaikan dengan dinamika yang terjadi saat ini. Kedua adalah penguatan gerakan produktivitas nasional, dan ketiga adalah pengembangan keterampilan tenaga kerja melalui upskilling dan reskilling.
Menteri Ketenagakerjaan mengungkapkan bahwa beberapa isu ketenagakerjaan memerlukan solusi yang komprehensif. Isu-isu ini termasuk upah minimum, kehadiran tenaga kerja asing, dan berbagai peraturan mengenai perjanjian kerja yang berpotensi mempengaruhi kesejahteraan pekerja.
Pentingnya Hubungan Industrial yang Harmonis dan Transformasional
Menurut Yassierli, hubungan industrial yang harmonis saja tidak cukup untuk menghadapi tantangan zaman. Kunci dari perubahan ini adalah menuju hubungan industrial yang transformatif, di mana produktivitas menjadi jantungnya. Sikap dan budaya kerja produktif menjadi penting untuk mengubah cara pandang terhadap dunia kerja.
Ia mengungkapkan bahwa saat ini produktivitas Indonesia masih berada di bawah rata-rata negara-negara di kawasan ASEAN. Situasi ini menjadi tantangan sekaligus peluang untuk meningkatkan daya saing melalui kolaborasi yang lebih baik antara semua pihak.
“Mimpi besar saya adalah menjadikan serikat pekerja sebagai juara produktivitas,” tutur Yassierli. Ia juga berharap bahwa serikat pekerja bisa menjadi konsultan dan pelopor dalam menerapkan budaya kerja yang produktif di setiap lini industri.
Inisiatif Pelatihan dan Pendidikan untuk Tenaga Kerja
Sebagai langkah nyata, Kementerian Ketenagakerjaan berinovasi dengan menginisiasi pelatihan bagi tenaga kerja yang berfokus pada produktivitas. Yassierli menekankan pentingnya melibatkan Federasi Serikat Pekerja Logam, Elektronik, dan Mesin dalam program pelatihan bagi pelatih. Hal ini diharapkan dapat diperluas ke seluruh Indonesia untuk memberikan manfaat yang maksimal.
Peningkatan kompetensi tenaga kerja juga menjadi perhatian utama dalam agenda kerja Kementerian. Melalui Balai Latihan Kerja dan Balai Pelatihan Vokasi dan Produktivitas, pendidikan dan pelatihan akan diperluas untuk menjangkau lebih banyak daerah.
Kementerian juga berupaya memperbarui kurikulum pelatihan agar selalu relevan dengan kebutuhan industri. Ini penting agar tidak hanya pencari kerja yang diberdayakan, tetapi juga serikat pekerja agar bisa meningkatkan kemampuan anggotanya.
Komitmen untuk Mewujudkan Indonesia Emas 2045
Yassierli mencanangkan slogan “A Nice Place to Grow,” yang diharapkan menjadi ruang kolaboratif bagi setiap pekerja untuk mengembangkan kapasitas mereka secara berkelanjutan. Dia menyatakan bahwa peningkatan produktivitas adalah salah satu kunci untuk mewujudkan tujuan Indonesia Emas 2045. Tercapainya tingkat produktivitas yang optimal adalah impian yang harus direalisasikan bersama.
Dalam pandangannya, Indonesia harus meningkatkan produktivitas nasional hingga 260 persen agar bisa bersaing dengan negara-negara maju di dunia. Hal ini membutuhkan komitmen dan kerjasama antara pemerintah, dunia usaha, dan serikat pekerja untuk menciptakan iklim kerja yang lebih baik.
Yassierli menambahkan bahwa teknologi dan kecerdasan buatan (AI) bukanlah ancaman, tetapi dapat menjadi alat pendukung untuk meningkatkan produktivitas. Dengan sinergi yang baik, dia yakin bahwa lompatan besar menuju peningkatan produktivitas dan kesejahteraan pekerja akan tercapai.