Kemunculan film animasi “KPop Demon Hunters” di platform streaming menandai suatu fase baru dalam industri kreatif. Keberhasilan film ini tidak hanya mengubah pandangan masyarakat terhadap K-content, tetapi juga mendorong dialog yang lebih dalam tentang kolaborasi internasional dalam pembuatan konten.
Menteri Kebudayaan Korea Selatan, Chae Hwi-young, menekankan bahwa esensi K-content tidak selalu terkonsentrasi pada produksi domestik. Melainkan, kolaborasi dengan pihak asing dipandang sebagai langkah yang dapat memperkaya konteks dan nilai dari karya-karya tersebut.
Chae mengungkapkan bahwa setelah tayangnya “KPop Demon Hunters,” banyak produser asing yang berintaian untuk bekerjasama dengan kreator lokal. Ini menandakan bahwa industri kreatif Korea siap untuk merangkul perubahan dan beradaptasi dengan tuntutan global.
Pengaruh “KPop Demon Hunters” dalam Dunia Kreatif
Film “KPop Demon Hunters” dari Sony Pictures Animation telah menjadi salah satu tayangan paling banyak ditonton di Netflix dengan 266 juta penayangan secara global. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat permintaan tinggi untuk K-content yang mempunyai nilai universal. Adaptasi ini tidak hanya berhasil menarik perhatian penonton muda, tetapi juga mengundang ketertarikan dari analisis budaya.
Sutradara Maggie Kang dan Chris Appelhans telah menunjukkan kemampuan luar biasa dalam menyatukan elemen-elemen Korea dan dunia modern dalam sebuah narasi yang menarik. Kesuksesan film ini menjadi pendorong bagi industri film lokal untuk mengeksplorasi lebih jauh potensi kolaboratif yang ada.
Namun, di balik kesuksesan ini, Menteri Chae juga mencatat adanya tantangan serius yang dihadapi industri film Korea. Keberadaan Netflix dengan dominasi konten yang sangat kuat bisa memicu kekhawatiran tentang masa depan ekosistem film lokal di Korea Selatan.
Pentingnya Menjaga Ekosistem Film Lokal di Korea
Chae mengungkapkan bahwa di balik kemeriahan industri, ada banyak suara yang mengkhawatirkan keberlanjutan dan kesehatan kreativitas di dalam negeri. Beberapa pelaku industri mulai merasa pesimis, mengatakan bahwa mereka merasa ini adalah puncak dari industri, dan setelahnya akan ada penurunan.
Penting untuk memahami bahwa keberagaman platform distribusi dapat memberikan peluang lebih bagi film lokal. Dengan menyediakan lebih banyak alternatif, produser lokal tidak hanya akan memiliki lebih banyak opsi untuk menerbitkan karya mereka, tetapi juga meningkatkan posisi negosiasi mereka dengan platform besar seperti Netflix.
Kesinambungan seperti ini sangat dibutuhkan untuk menjaga sirkulasi dan perkembangan industri film lokal, agar tetap relevan di tengah arus globalisasi yang terjadi saat ini.
Inisiatif Kementerian Kebudayaan untuk Masa Depan K-content
Kementerian Kebudayaan Korea Selatan saat ini sedang mencari cara untuk mendukung para produser asing yang ingin bekerja sama dalam pembuatan konten yang berhubungan dengan Korea. Hal ini diharapkan dapat mendorong pertumbuhan industri dan memperluas jangkauan K-content secara global.
Meskipun saat ini tidak ada anggaran khusus untuk mendukung kolaborasi internasional tersebut, Kementerian berencana untuk mengajukan anggaran sebesar 5 miliar won untuk 2026. Pendekatan ini merupakan langkah strategis untuk membahas dukungan bagi produser dan kreator di Majelis Nasional dalam waktu dekat.
Dengan dukungan ini, diharapkan akan ada lebih banyak proyek yang muncul sebagai hasil dari kerjasama internasional, yang tidak hanya akan memajukan industri dalam negeri tetapi juga memperkaya budaya global dengan perspektif Korea.