Kementerian Pekerjaan Umum melakukan audit keandalan bangunan di Pondok Pesantren Lirboyo yang terletak di Kota Kediri, Jawa Timur. Langkah ini diambil sebagai respons terhadap insiden ambruknya sebuah gedung di Pondok Pesantren Al Khoziny, Sidoarjo, yang memicu perhatian pemerintah terhadap keamanan struktur bangunan di pesantren.
Direktur Jenderal Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum, Dewi Chomistriana, menyatakan bahwa hasil pemeriksaan menunjukkan banyak konstruksi di pesantren tersebut telah mengikuti perencanaan yang benar. Meski demikian, beberapa titik masih memerlukan penguatan agar lebih aman bagi para santri dan pengajar.
Selama proses audit, Kementerian PU memberikan rekomendasi kepada tukang dan santri yang membantu dalam pembangunan agar memperhatikan aspek kekuatan memenuhi standar. Hal ini menunjukkan komitmen pemerintah untuk terus memastikan keselamatan bangunan pendidikan di bawah naungan pondok pesantren.
Pentingnya Audit Keandalan Bangunan di Pondok Pesantren
Audit keandalan bangunan menjadi sangat penting, terutama menyusul kejadian ambruknya gedung di Sidoarjo. Kejadian tersebut menyoroti perlunya tindakan preventif terhadap keselamatan struktur di lingkungan pendidikan, khususnya di pesantren.
Kementerian PU berencana untuk melakukan audit di sekitar 42 ribu pondok pesantren di seluruh Indonesia. Tujuannya adalah untuk memastikan bahwa semua bangunan memenuhi standar yang ditetapkan, baik yang baru dibangun maupun yang sudah berdiri lama.
Upaya ini tidak hanya meliputi pemeriksaan fisik bangunan, tetapi juga mencakup aspek perencanaan dan pelaksanaan lapangan. Dengan melibatkan santri dalam proses audit, pemerintah berharap dapat meningkatkan kesadaran dan pengetahuan mereka mengenai konstruksi yang baik.
Pelatihan Keterampilan Konstruksi untuk Santri
Di samping audit, Kementerian PU juga menawarkan pelatihan keterampilan konstruksi kepada santri di Ponpes Lirboyo. Program ini dirancang untuk mempersiapkan para santri agar memiliki keahlian yang diakui secara profesional di bidang konstruksi.
Pelatihan tersebut akan mencakup sertifikasi untuk tukang pada level 1-4 dan mandor pada level 5-6. Tujuannya adalah untuk meningkatkan kompetensi kerja dan memberikan legalitas bagi santri yang ingin terlibat dalam proyek konstruksi.
Kemampuan ini diharapkan dapat memberikan masukan yang berharga bagi santri saat memasuki dunia kerja. Dengan sertifikasi, mereka akan lebih mudah mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan di bidang yang dipilih.
Reaksi Pengasuh Ponpes terhadap Program Pemerintah
Pengasuh Ponpes Lirboyo, KH Oing Abdul Muid, memberikan sambutan positif terhadap langkah Kementerian PU. Ia menyatakan bahwa pondok pesantren sangat terbuka untuk menerima hasil audit dan siap melakukan perbaikan jika diperlukan.
Ia menekankan bahwa santri tidak hanya bertindak sebagai tenaga bantu, tetapi juga dapat berkembang menjadi tenaga profesional di bidang konstruksi. Dengan pelatihan yang diberikan, mereka diharapkan dapat meningkatkan ketrampilan dan peluang kerja di masa depan.
Komentar dari Gus Muid mencerminkan komitmen pondok pesantren dalam menyediakan pendidikan yang komprehensif bagi santri. Keterlibatan santri dalam kegiatan konstruksi menjadi salah satu langkah dalam menyiapkan mereka untuk tantangan di dunia kerja nantinya.