Menteri Pertanian Republik Indonesia baru-baru ini mengungkapkan bahwa kasus beras oplosan ternyata membawa dampak yang cukup positif bagi para pelaku usaha penggilingan kecil. Dengan adanya pergeseran konsumen dari pasar modern ke pasar tradisional, penggilingan kecil dan menengah mengalami peningkatan penjualan yang signifikan, membuat situasi ini menjadi berkah bagi mereka.
Di dalam pernyataannya, Menteri Pertanian menyatakan bahwa para pedagang dan penggilingan kecil merasa senang dengan keadaan ini. Ini merupakan peluang baru bagi mereka untuk memperkuat ekonomi rakyat di tengah tantangan yang ada.
Pemerintah pun berkomitmen untuk menjaga keberlangsungan usaha penggilingan kecil. Dalam pernyataan yang disampaikan di kantornya, ia menjelaskan bahwa penggilingan kecil sebelumnya menerima tantangan berat dalam bersaing dengan pabrik besar yang memiliki lebih banyak sumber daya.
Tantangan yang Dihadapi Penggilingan Kecil di Indonesia
Selama ini, penggilingan kecil sering kali kalah saing dengan penggilingan besar yang mampu membeli gabah dengan harga yang lebih tinggi. Pabrik besar membeli gabah antara Rp6.700 hingga Rp7.000 per kilogram, sedangkan pabrik kecil hanya mampu membayar sekitar Rp6.500 per kilogram.
Akibat perbedaan harga tersebut, banyak penggilingan kecil yang kesulitan dalam mendapatkan pasokan gabah. Oleh karena itu, pemerintah kini berusaha untuk melindungi usaha kecil ini demi menjaga ekonomi masyarakat.
Pernyataan dari Menteri Pertanian menegaskan bahwa saat ini terjadi ‘pesta’ pada penggilingan kecil dengan pasokan gabah yang melimpah. Hukum pasar mengindikasikan bahwa saat pasokan melimpah, harga akan lebih bersaing, yang menguntungkan penggilingan kecil.
Stok Beras Nasional dan Upaya Pemerintah untuk Menstabilkan Harga
Menteri Pertanian Amran Sulaiman juga menegaskan bahwa kondisi stok beras nasional masih aman dengan surplus sebesar 3,9 juta ton. Dari surplus ini, pemerintah telah menyalurkan sekitar 1,3 juta ton melalui program Stabilitas Pasokan Harga Pangan (SPHP).
Pemerintah berkomitmen untuk terus memasok beras ke pasar guna menstabilkan harga dan mendukung perekonomian pedagang kecil. Ini menjadi langkah strategis dalam membentuk struktur pasar yang lebih adil bagi seluruh pihak.
Harga beras medium di pasar tradisional tercatat lebih murah dibandingkan dengan harga beras premium di pasar modern, yaitu sekitar Rp13.000 per kilogram. Hal ini menjadikan pasar tradisional lebih menarik bagi konsumen, serta memberi dampak positif bagi penggilingan kecil.
Pentingnya Distribusi yang Efektif untuk Ketersediaan Beras
Dalam upaya menyalurkan beras melalui program SPHP, Menteri Koordinator Bidang Pangan Zulkifli Hasan menekankan pentingnya percepatan distribusi. Saat ini, distribusi beras baru mencapai 2.500 ton per hari, dan ia menetapkan target agar angka ini dapat meningkat menjadi 10.000 ton per hari.
Menurutnya, pasar adalah jalur paling efektif dalam menyalurkan beras untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Jika distribusi dapat dilakukan secara langsung ke pasar, maka proses penyaluran akan menjadi lebih cepat dan efisien.
Menjelang panen raya gadu yang akan datang pada bulan September, Zulhas optimis bahwa pasokan beras akan semakin lancar. Dengan adanya peningkatan ketersediaan yang diharapkan, masyarakat tidak akan kesulitan dalam memperoleh beras.