Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia yang berlangsung pada 19 hingga 20 Agustus 2025 menghasilkan keputusan penting dengan menurunkan BI-Rate sebesar 25 basis poin menjadi 5,00%. Ini menjadi penurunan keempat yang dilakukan sejak awal tahun 2025 dan menandai penurunan dua bulan berturut-turut yang diharapkan dapat mendukung pertumbuhan ekonomi yang lebih baik.
Perry Warjiyo, Gubernur Bank Indonesia, menyatakan bahwa penurunan ini didasarkan pada proyeksi inflasi yang tetap rendah serta stabilitas nilai tukar rupiah. Dengan tingkat BI-Rate saat ini, Bank Indonesia berkomitmen untuk mendorong pertumbuhan ekonomi nasional yang berkelanjutan dan sejalan dengan kapasitas ekonomi yang ada.
Pada kesempatan yang sama, Perry mengungkapkan bahwa level BI-Rate saat ini adalah yang terendah sejak tahun 2022. Sejak September 2024, BI-Rate telah mengalami penurunan total sebesar 125 basis poin, sebuah langkah yang diambil untuk merespons dinamika ekonomi yang terus berubah.
Detail Keputusan Penurunan BI-Rate dan Dampaknya
Perry Warjiyo menunjukkan bahwa penurunan BI-Rate merupakan bagian dari upaya berkelanjutan untuk mempertahankan pertumbuhan ekonomi. Dengan adanya perubahan ini, diharapkan akan lebih banyak investasi yang masuk ke dalam perekonomian dalam jangka panjang.
Perry juga menambahkan bahwa pihaknya akan terus memantau situasi ekonomi guna mengidentifikasi peluang untuk melakukan penyesuaian lebih lanjut terhadap BI-Rate. Kolaborasi yang kuat dengan pemerintah menjadi sangat penting dalam upaya menurunkan yield Surat Berharga Negara (SBN).
Yield SBN, terutama untuk tenor sepuluh tahun, saat ini tercatat merosot ke angka 6,4%. Penurunan ini sejalan dengan harapan bahwa langkah-langkah kebijakan moneter yang ada akan berkontribusi kepada suku bunga yang lebih rendah di masa depan.
Pertimbangan Strategis dalam Kebijakan Moneter
Dalam rapat kerja dengan Badan Anggaran DPR RI, Perry juga menekankan pentingnya keseimbangan antara pertumbuhan ekonomi dan stabilitas harga. Komitmen Bank Indonesia untuk menurunkan suku bunga ini diharapkan dapat menarik minat investor lebih besar.
Tentu saja, penurunan suku bunga juga memberikan kemudahan bagi pelaku usaha untuk mendapatkan akses pendanaan yang lebih murah. Hal ini sangat penting untuk meningkatkan daya saing dan inovasi di sektor industri.
Kebijakan moneter yang responsif dan adaptif menjadi kunci dalam menghadapi ketidakpastian global yang sering muncul. Bank Indonesia mengedepankan pendekatan yang holistik dalam mengelola permasalahan ini agar dapat mendorong pertumbuhan yang inklusif.
Reaksi Pasar dan Analisis Ekonomi Jangka Panjang
Setelah pengumuman penurunan BI-Rate, reaksi pasar menunjukkan optimisme di kalangan investor. Kondisi ini diharapkan dapat memperbaiki iklim investasi yang sempat tertekan akibat fluktuasi ekonomi global.
Para analis memprediksi bahwa jika kondisi ekonomi global stabil, penurunan ini dapat memberikan angin segar bagi pertumbuhan ekonomi domestik. Kenaikan konsumsi rumah tangga dan investasi adalah beberapa efek positif yang diharapkan dari kebijakan tersebut.
Ke depan, adalah penting bagi Bank Indonesia untuk terus beradaptasi dengan perubahan ekonomi dan memperhatikan dampak dari kebijakan luar negeri yang dapat memengaruhi arus investasi. Ini adalah bagian dari upaya untuk menciptakan fondasi yang kuat bagi pertumbuhan ekonomi berkelanjutan.