Lulusan perguruan tinggi dari Generasi Z kini menghadapi beragam tantangan serius saat memasuki dunia kerja. Sebuah survei yang dilakukan oleh lembaga penelitian mengungkap fakta mengejutkan, di mana lebih dari 25 persen eksekutif menyatakan bahwa mereka tidak akan merekrut fresh graduate saat ini.
Alasan utama yang mengemuka bukanlah karena kurangnya kemampuan teknis, tetapi lebih kepada minimnya keterampilan interpersonal atau soft skills dari lulusan baru. Hal ini menimbulkan pertanyaan penting mengenai kesiapan Generasi Z dalam memenuhi tuntutan pasar kerja yang semakin kompetitif.
Keterampilan yang dianggap krusial mencakup komunikasi efektif, kemampuan dalam memecahkan masalah, kreativitas, kolaborasi tim, adaptasi terhadap perubahan, serta penyelesaian konflik. Keterampilan ini seringkali tidak diajarkan secara formal di ruang kelas, melainkan lebih banyak diperoleh melalui pengalaman langsung di lapangan.
Minimnya soft skills tersebut berdampak signifikan terhadap keputusan perusahaan dalam perekrutan. Laporan terbaru menunjukkan bahwa banyak perusahaan mengurangi jumlah karyawan baru yang diterima, yang berimbas pada kondisi pasar tenaga kerja secara keseluruhan.
Pandangan Eksekutif Terhadap Lulusan Gen-Z
Wawancara dengan para eksekutif mengungkapkan bahwa mereka lebih memilih kandidat yang mampu menunjukkan kemampuan interpersonal yang baik. Soft skills menjadi nilai tambah yang penting bagi perusahaan yang ingin membangun lingkungan kerja yang produktif.
Berdasarkan laporan yang diterbitkan, terlihat bahwa lebih dari separuh lulusan S1 di negara-negara tertentu mengalami masalah underemployment, yakni bekerja dalam posisi yang kurang sesuai dengan kualifikasi mereka. Hal ini menciptakan tantangan tambahan bagi manajer yang harus mengelola tim dengan proporsi pekerja Gen-Z yang semakin meningkat.
Data menunjukkan bahwa satu dari lima manajer berpikir untuk mengundurkan diri karena tekanan yang mereka hadapi dalam mengelola karyawan Gen-Z, yang dianggap lebih membutuhkan perhatian khusus dibandingkan dengan generasi sebelumnya.
Penyebab Utama: Pandemi dan Pembelajaran Daring
Pandemi Covid-19 telah membawa dampak besar terhadap cara belajar dan beradaptasi bagi Generasi Z. Menurut sejumlah survei, sekitar 46 persen pekerja Gen-Z merasa bahwa penutupan sekolah dan peralihan ke pembelajaran daring telah menghambat pencapaian tujuan pendidikan serta karier mereka.
Selama periode ini, mereka kehilangan banyak kesempatan berharga untuk berinteraksi dan mengasah keterampilan sosial, seperti bernegosiasi, membangun jejaring, serta berbicara di depan umum. Ini menjadi kendala ketika mereka harus bersaing di pasar kerja yang semakin ketat.
Keterampilan teknis, meskipun tetap dibutuhkan, sering kali tidak cukup untuk membantu mereka beradaptasi. Tanpa soft skills yang memadai, Gen-Z kesulitan bekerjasama dalam tim lintas disiplin serta berkomunikasi dengan atasan, yang sangat penting dalam perencanaan proyek.
Solusi untuk Mengatasi Kesenjangan Keterampilan
Mengabaikan potensi talenta muda bukanlah langkah yang tepat bagi perusahaan yang ingin berkembang. Generasi Z membawa banyak keunggulan, seperti kemampuan teknologi yang mumpuni, sikap adaptif, dan inovasi yang segar, sehingga perusahaan perlu merangkul mereka dengan tepat.
Beberapa perusahaan telah mengambil langkah positif dengan menyediakan pelatihan soft skills bagi karyawan Gen-Z. Survei menunjukkan bahwa hingga 45 persen perusahaan melaksanakan kelas keterampilan tersebut, dengan dua pertiga dari mereka melaporkan bahwa program ini sangat berhasil.
Pentingnya pendidikan formal dalam mengembangkan soft skills juga semakin disadari. Banyak institusi pendidikan berupaya memperkenalkan kurikulum yang lebih berfokus pada keterampilan seperti berpikir kritis, pemecahan masalah, dan komunikasi yang efektif.
Inisiatif dari Institusi Pendidikan untuk Persiapan Karier
Beberapa universitas mulai menciptakan program-program yang dirancang khusus untuk membantu mahasiswa mengembangkan soft skills. Contoh yang menonjol adalah konferensi Business Power Skills yang diadakan di universitas ternama, di mana mahasiswa diajarkan keterampilan komunikasi dan kepemimpinan.
Penting untuk dicatat bahwa perusahaan tidak dapat sepenuhnya menyalahkan lulusan baru jika mereka kurang terlatih. Tanggung jawab untuk mempersiapkan mereka terletak pada generasi sebelumnya dan institusi pendidikan yang harus menyediakan pelatihan dan mentoring yang berfokus pada pengembangan soft skills.
Pendekatan kolaboratif antara sektor pendidikan dan industri dapat menciptakan lingkungan yang mendukung untuk lulusan baru. Dengan mempersiapkan mereka lebih baik, diharapkan lulusan Gen-Z dapat lebih siap menghadapi tantangan di dunia kerja.