Kasus gangguan makan seperti anoreksia sering kali dianggap sebagai masalah yang lebih banyak dialami oleh perempuan. Namun, seiring dengan berkembangnya pemahaman, data menunjukkan bahwa jumlah pria yang mengalami masalah ini kini semakin meningkat secara signifikan.
Penelitian terbaru menyoroti bahwa kondisi ini bukan hanya berdampak pada kesehatan fisik, tetapi juga mental. Pria yang mengalami anoreksia berisiko lebih tinggi untuk menghadapi penyakit serius, bahkan kematian.
Dave Chawner, seorang komedian asal Inggris, adalah contoh nyata dari perjuangan melawan anoreksia. Ia mulai mengalami gangguan makan tersebut sejak remaja, berawal dari keinginan untuk menurunkan berat badan yang berujung pada obsesi yang merusak.
Sebagai seorang remaja, Chawner merasa terjebak dalam siklus menimbang berat badan dan menghitung kalori yang berlebihan. “Saya menilai harga diri saya dari angka di timbangan dan seberapa sedikit saya makan,” ungkapnya. Ini menggambarkan betapa bisa jadi obsesi ini merusak mental seseorang.
Setelah empat tahun berlalu, Chawner menyadari bahwa ia berada di jalur yang salah dan memutuskan untuk mencari bantuan. Ia melawan stigma dan menghadapi kenyataan bahwa ia menderita anoreksia, yang pada akhirnya membawanya kepada proses pemulihan.
Fenomena Peningkatan Kasus Anoreksia pada Pria di Dunia
Data dari lembaga kesehatan menunjukkan bahwa angka rawat inap pria dengan gangguan makan di Inggris meningkat tajam, mencapai 128 persen dalam lima tahun terakhir. Ini menunjukkan urgensi masalah yang sering kali diabaikan, khususnya pada pria.
Akibat dari anoreksia sangat serius, termasuk anemia, tekanan darah rendah, dan kerusakan organ. Kondisi ini tidak hanya masalah fisik tetapi juga berujung pada masalah mental yang lebih dalam.
Organisasi Beat menemukan bahwa penderita sering menunggu rata-rata hingga 3,5 tahun dari saat gejala dimulai sebelum akhirnya mengakses perawatan. Banyak dari mereka tidak menyadari bahwa apa yang mereka alami adalah gangguan serius.
Stigma seputar anoreksia sebagai masalah perempuan turut memperburuk situasi ini. Banyak pria merasa malu atau ragu untuk mencari bantuan karena anggapan bahwa gangguan makan hanya dialami oleh wanita, yang dapat memperburuk keadaan mereka.
Survei yang dilakukan di Inggris menunjukkan bahwa sebagian besar pria merasa tidak mungkin seseorang seperti mereka mengalami gangguan makan. Ini menambah lapisan tantangan bagi para profesional kesehatan untuk menjangkau dan membantu mereka yang membutuhkan.
Stigma dan Persepsi Keliru Tentang Gangguan Makan pada Pria
Stigma seputar kesehatan mental, terutama bagi pria, sering kali membuat mereka enggan untuk mencari pertolongan. Hal ini diperburuk oleh pandangan bahwa gangguan makan itu bukan masalah pria, menyebabkan mereka merasa terasing dan tidak dipahami.
Menurut ahli, banyak panduan diagnosis yang tidak relevan bagi pria, seperti indikator amenore yang hanya berlaku untuk wanita. Hal ini menunjukkan adanya kekurangan pemahaman dalam dunia medis terkait gangguan ini.
Di samping itu, terapi yang sering kali dijalani oleh pria lebih terfokus pada pendekatan yang umumnya ditujukan bagi perempuan, menyebabkan pria merasa tidak terwakili. Ini menciptakan rasa keterasingan yang dapat memperburuk kondisi mereka.
Dengan tujuan untuk menjangkau lebih banyak pasien pria, para ahli berpendapat bahwa perlu ada pendekatan baru dalam diagnosis dan terapi. Misalnya, harus ada dasar yang lebih responsif terhadap perilaku dan tujuan tubuh pria secara spesifik.
Diskusi terbuka tentang anoreksia dan gangguan makan lainnya perlu ditumbuhkan agar pria merasa lebih nyaman untuk berbagi pengalaman dan mencari bantuan. Hal ini penting untuk mendorong kesadaran dan mengubah persepsi yang telah lama ada.
Pentingnya Intervensi Dini dan Kesadaran Terhadap Anoreksia
Walaupun anoreksia adalah kondisi serius yang bisa mengancam jiwa, intervensi dini dapat membuat perbedaan signifikan dalam proses pemulihan. Dave Chawner sendiri menunjukkan bahwa kesadaran akan penyakitnya memerlukan dukungan dan bimbingan dari orang lain.
Berdiskusi dengan tenaga medis atau orang dekat tentang kondisi yang dialami bisa menjadi langkah awal yang sangat penting. Chawner berbagi kebijaksanaan yang didapatnya: “Kamu tidak bisa berharap otakmu bekerja tanpa diberi makan,” yang menggambarkan pentingnya memperhatikan kebutuhan tubuh dan pikiran.
Kini, setelah melalui proses panjang menuju pemulihan, Chawner merasakan perubahan besar dalam hidupnya. Ia tetap berhati-hati dan mengingat bahwa mencari bantuan lebih awal adalah langkah yang sangat krusial.
Pakar sepakat bahwa semakin cepat seseorang mendapatkan dukungan, semakin baik prognosisnya. Oleh karena itu, meningkatkan kesadaran akan masalah ini sangat penting untuk penyembuhan efektif.
Dengan semakin banyak pria yang mengalami gangguan makan, perhatian yang lebih besar perlu diberikan untuk menghilangkan stigma dan memberikan pendidikan yang tepat tentang makanan dan kesehatan mental. Ini adalah langkah menuju pemulihan bagi yang membutuhkan.